Rabu, 23 November 2011


Seulawah Yang Terdzalimi

Dari jauh engkau telihat gagah, Agam.
Disampingmu terlihat Inoeng yang selalu menanti.
Menanti sang agam yang telah lama di dzalimi.
Di dzalimi oleh mereka-mereka yang suka mendaki, dan mencuri.
Engkau sakit, tapi tak ada yang mengobati.
Engkau menjerit, tapi tak ada yang mendegar.
Mereka hanya melihatmu diam, seakan akan engkau tegar bersama baying-bayang.
                Apakah mereka sadar betapa sakitnya kamu wahai Agam.
                Apakah mereka sadar betapa sakitnya kamu wahai Inoeng.
                Tidak, mereka hanya tertawa dan menari seiirng dengan kepuasan pribadi.
Kepuasan yang tiada akhir, hingga kini.
Warnamu biru ketika jauh, hijau ketika dekat.
Cantik dipandang, namun suram ketika dilihat.
Manis ketika diucap, pahit ketika dirasa.
Bangkitlah dan tegarah engkau wahai Agam dan inoeng.
Walaupun mereka ingkar kepadamu, tetapi aku yakin ada rasa sayang dalam diri mereka.
Aku tahu rasa itu kecil dan sedikit, namun itulah semangat yang membuat kamu masih berdiri tegak melihat aku (Sigli) dan mereka (Banda Aceh dan Aceh Besar).

Zian Mustaqin
Sigli ,23 Nop 2011